Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mengatasi toxic self Sesi Curhat Seorang Ibu

Hai para ibu, semoga kamu sekarang sehat yaa juga si kecil dan keluarga. Sangat penat dan lelah ketika menjadi full time mommy memang manusiawi dan itu wajar. Tapi apakah kamu pernah terlintas sejenak jika ingin kembali ke masa lalu? Yuk kita sharing tentang ini buk.

Sebelumnya saya sekarang juga sebagai ibu dan full time momy untuk seorang peri kecil. Juga pernah terlintas di pikiran saya tentang "kembali" lagi ke masa lalu. Ingin sekali untuk bekerja dan menghasilkan karya selain mendapat penghasilan daripada bosan sekali dengan rutinitas yang itu itu saja dari hari ke hari dari bangun hingga tidur lagi.

Seringkali menyalahkan keadaan, bahkan ketika anak rewel pun saat saat pikiran itu "kembali" lagi semakin menjadi jadi. Lalu merasa ada yang hilang dengan diri sendiri, seperti bukan lagi jadi diri yang dulu yang selalu bersemangat dan berenergi dalam pekerjaan, smart, mobilitas tinggi antara pekerjaan dan bisnis sampingan, juga hal hal lainnya. Hingga masa muda yang terlalu cepat berlalu dan berganti peran lain yang asing namun memikul tanggungjawab.

Seringkali melihat story teman sekolah atau rekan kerja di media sosialpun terbersit iri hati dengan pencapaian yang  mereka tampilkan, apalagi jika bertemu langsung dengan mereka dan orang lain yang biasa bertanya "sekarang sibuk ngapain" waah automatis rasa percaya diri seketika muncul bahkan sempat menyalahkan diri sampai kapan begini terus yaa.

Belum lagi ditambah dengan tuntutan peran ini itu dan masalah masalah lainnya dalam kehidupan berumah tangga (yang berumah tangga nih pasti tau hihi) juga rebutan siapa yang paling berjasa dan berkorban dalam keluarga (weeww).

Mungkin tanpa disadari semua hal itu secara tidak langsung akan menjadi toxic bagi diri sendiri dan berefek pada si kecil saat emosi kita sebagai ibu sedang labil. Terlebih lagi jika sudah merasa sendirian dalam mengasuh, tidak ada dukungan dari keluarga terlebih pasangan, merasa capek sekali (fisik dan juga pikiran), sering melamun, susah tidur, bersedih hingga efek lupa pada kegiatan sehari hari yang berakibat pada psikosomatis (banyak efek lainnya).

Hai buk, saya juga sedang mengalaminya jadi jangan merasa sendirian yaa. Ditambah saya sebagai seorang yang paham ilmu psikologi tentunnya sangat sedih jika saya terlalu lama dalam kondisi seperti ini, sehingga sayapun harus lebih aware dengan kesehatan mental pribadi terlebih dahulu.

Yuk kita sama sama bertumbuh dan bangkit menjadi wonder mom untuk si kecil dan keluarga kita, juga menjadi lebih wellbeing lagi. Lalu bagaimana caranya sih?

Pertama, memang tidak perlu menyangkal bahwa kita sedang mengalami hal ini (masalah yang saya ceritakan diatas), juga wajar kok kita sebagai ibu mengalaminya dan mengeluh, itu menunjukkan bahwa kita manusiawi. Asalkaan, ayo kita cepat sadar dan mengevaluasi diri. ,Manusia memang tempatnya sambat yaa kan..

Yang perlu digaris bawahi adalah adanya perasaan berkorban (seperti melakukan dengan terpaksa dan ada yang dikorbankan), maka gantilah menjadi rasa bertumbuh dan saling belajar karena peran baru bukanlah berkorban namun pilihan kesadaran diri sendiri telah memilih menjadi ibu untuk si kecil. Nantinyaa si kecilpun akan merasa lebih bahagia jika orangtunya memilih untuk bertumbuh dan belajar bersama.

Kedua, mengevaluasi bagaimana sih? Menyadari bahwa yang menjadi sumber awal masalah adalah diri kita sendiri, pemikiran kita dan respon kita terhadap perubahan dalam diri maupun lingkungan. Misalkan saja, saya memilih menikah dan juga memiliki anak, ketika anak lahir dan kita belum siap dengan hal hal baru serta peran dan tanggungjawab baru maka semua akan menjadi keteteran. Ini mengajarkan bahwa pentingnya adanya kesiapan pra nikah tidak hanya dalam materi melulu tapi juga kesiapan psikis dan fisik. Mari sekarang banyak lebih belajar tentang tanggungjawab juga menjadi dewasa.

Ketiga, perbaiki diri secara perlahan. Ingat dalam memahami dan menata perasaanpun perlu proses yang tidak instan. Mulailah menerima kembali diri dengan peran baru, menata lagi tanggungjawab sebagai ibu dan juga istri. Lebih mencintai diri sendiri secara utuh dengan perbanyak bersyukur dan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan.

Keempat, jika kamu sudah mendapat ijin dari pasangan atau si bapack untuk memiliki kesibukan baru yang malah membuatmu lebih fresh dan semangat lagi (mengatasi kebosanan yang itu itu aja) maka manfaatkan lah dengan baik energi positif ini ya buk, tanpa meninggalkan peran utama dan si kecil. Jangan lupa sesekali memberi reward pada diri sendiri ya buk, meskipun dengan hal hal kecil misalkan nonton drakor atau dracin disela sela si kecil tidur (kalau medsos masih membuatmu toxic).

Terakhir, tidak meletakkan kebahagiaan dengan membanding bandingkan diri dengan orang lain, ingat jika medsos malah membuatmu merasa negatif maka mulailah treatment diri sendiri dan mengurangi intensitas ber medsos sementara. Tujuan untuk bermedsos adalah menghibur diri bukan malah sebaliknya bukan..

Ingatlah bahwa setiap hidup adalah proses, tidak sama satu dengan lainnya. Salah satu ciri manusia hidup yaa mengatasi masalah, baik masalah dengan diri sendiri (sperti ini yaa hihi) atau dengan orang lain bahkan lingkungan. Maka temukan masalah dengan pikiran yang rasional dan ilmiah, sehingga tidak akan mudah terbawa arus emosi. Jika kamu tidak sanggup mengatasinya sendiri kamu bisa berkonsultasi dengan tenaga profesional, dan segeralah.

Jika perasaan manusiawi sebagai ibu menghampiri (lelah, bosan itu itu saja, capek fisik dan pikiran, de e el) maka segeralah menemulan partner untuk berdiskusi. Ajaklah pasangan untuk saling memahami dan membantu memecahkan masalahmu. Karena tanggungjawab anak adalah berdua sebagai orang tua bukan salah satunya, bapak atau ibuk saja.

Dan ketahuilah bapak, si ibuk butuh suport system, tidak hanya saat hamil dan melahirkan saja tapi juga saat proses pengasuhan si baby hingga dewasanya nanti. Jadi makhlumilah jika istrimu saat kamu pulang kerja banyak mengeluh yaa, jika bukan di kamu terus kesiapa lagi dong?? *tandanya istri butuh kamu, bayangkan saja jika istrimu sudah mati rasa baru tau rasa ntar (eitsss jangan sampai yaa hihi) Dukunganmu bagi istri itu numero uno loh paak, jadi jangan dibalas dengan sambat atau cerita yang malah bikin negatif, berikanlah feedback positif sambil romantis romantisan juga boleh hwehehee.

Juga jangan menggantungkan kebahagian diri kepada pasangan atau orang lain. Jika orang lain tidak mampu membuatmu bahagia, maka diri sendiri akan merasakan ketidakbahagiaan. Atau jika sumber kebahagianmu sudah tidak ada lantas apakah terus mencari yamg lain dan menjadi tidak bahagia? Jadi bertanggungjawablah pada kebahagiamu sendiri, sehingga bahagi bisa kamu ciptakan dari diri sendiri.

Saya pribadi sangat bangga sekali kepada ibu rumah tangga baik yang bekerja maupun memilih untuk menjadi full time momy. Semuanya sangat hebat, tidak ada yang bisa menggantikan posisi yang mulia ini dengan apapun. Tentunya sepanjang hayat dengan panggilan "ibu, mama, mamak, bunda, mami, dst" serta tugasnya ini. SELAMAT HARI PAHLAWAN YA BUK, meskipun telat sehari (gppa yaa, tapi ngetiknya waktu hari pahlawan).

Sekian sesi curhat time kali ini ya buk, semoga bisa bermanfaat.  Jika kamu memiliki masalah yang sama  boleh sharing di bawah ini yaa.. Atau bisa juga request tema curhat lainnya. Terimakasih sudah menyimak panjang lebar :)

Post a Comment for " Mengatasi toxic self Sesi Curhat Seorang Ibu"